Keterangan Gambar : Bung Andryan
anyuwangi, 29 Juni 2025 — Wakil Ketua Bidang Kaderisasi GMNI Banyuwangi, Andryan, memberikan catatan kritis terhadap pelaksanaan Konsolidasi Nasional (Konsolnas) GMNI di Blitar yang digagas oleh Ketua DPD GMNI Jawa Timur, Hendra Prayogi. Menurutnya, semangat yang dikampanyekan dalam forum itu—yakni persatuan dan pemulihan organisasi—terlihat tidak sejalan dengan rekam jejak sikap politik yang ditunjukkan Hendra selama ini. “Sulit bagi kami percaya pada narasi persatuan, ketika enam bulan sebelumnya upaya kami di Banyuwangi justru dicap ilegal,” kata Andryan.
Ia mengingatkan, Konferensi Cabang Luar Biasa (Konfercablub) Banyuwangi yang digelar secara sah dan kolektif oleh komisariat-komisariat aktif kala itu bukanlah manuver kekuasaan, tetapi tindakan darurat menyelamatkan organisasi dari kevakuman total. Namun alih-alih didukung, inisiatif tersebut justru diserang dan dilemahkan oleh DPD. “Bagi kami, itu momen yang membuka mata: bahwa sebagian pihak lebih takut kehilangan kendali dibanding kehilangan arah juang organisasi,” ujarnya.
Andryan menilai, Konsolnas Blitar yang dibalut dengan tema kebangsaan dan persatuan seolah hanya menjadi panggung politik bagi segelintir elite untuk mempertahankan dominasinya di internal GMNI. “Jika betul ingin menyatukan, seharusnya dimulai dengan menghormati kader yang bekerja. Tapi yang kami saksikan justru upaya pencitraan yang menutup luka lama yang belum disembuhkan,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kaderisasi sejati tidak lahir dari forum-forum besar yang elitis, melainkan dari keberanian kader di daerah untuk menyelamatkan dan menghidupkan organisasi. “Kami di Banyuwangi tidak sedang memburu jabatan. Kami hanya tidak ingin organisasi ini menjadi benda mati yang terus dipertahankan demi kepentingan politik pribadi,” tegasnya. Andryan menyebut, terlalu banyak energi tersita untuk melanggengkan kekuasaan, padahal semangat marhaenis menuntut pengabdian, bukan ambisi.
Di akhir, Andryan menegaskan bahwa kader-kader GMNI Banyuwangi tetap akan berjalan di jalur ideologis dan konstitusional. Ia berharap forum seperti Konsolnas ke depan tidak lagi menjadi alat kosmetik politik personal. “GMNI bukan panggung pribadi, bukan pula tangga ambisi. Jika kita serius bicara persatuan, maka birahi kekuasaan harus dihentikan lebih dulu,” tutup